Kata laduni, berasal dari kata ladun/laday yang artinya dekat/pangkuan. Ilmu laduni biasa diartikan ilmu dari pemberian Allah. Ilmu laduni biasanya dihubungkan dengan ilmu gaib, biasanya ilmu ini dihubungkan dengan nabi khidir AS.
Definisi Ilmu Laduni
Al Ghazali menyebut Ilmu Laduni adalah ilmu yang dipancarkan langsung oleh Tuhan ke lubuk hati manusia tanpa proses belajar terlebih dahulu melalui proses metode ilmiah. Jadi, prosesnya melalui kasyf atau ilham. Ilmu Laduni yang biasa didapat  oleh para Sufi umumnya dicapai melalui kasyf, sedangkan ilmu ta’limiyah di dapat melalui melalui metode pembelajaran.
Ibn Arabi menjelaskan bahwa ilmu laduni ini terpancar ke dalam hati manusia, tanpa diusahakan dan tanpa menggunakan argumentasi aqliyah (fikiran). Al Qusyairi mendefinisikan  bahwa Ilmu Laduni ini dengan sesuatu yang diterima seseorang dengan jalan wijdan (ekstase) dan kasyf (ketersingkapan). Dalam kitab karangannya Al Harawi yang berjudul Manazil As Sairin, disebutkan bahwa Ilmu Laduni adalah ilmu yang diberikan oleh Allah ke dalam hati tanpa sebab yang dilakukan seseorang hamba tanpa menggunakan dalil-dalil. Abdul Qadir  memberikan pengertian bahwa  ilmu laduni itu ilmu rohani  dan pengetahuan hikmah (kebijakan)  yang dapat diperoleh melalui  perbuatan yang terus menerus dalam waktu lama dalam hal kebaikan dan kesalehan (istiqomah).
Dan masih banyak lagi kitab-kitab yang menyebutkan ini seperti Al Jily dalam kitab karangannya Al Insanul Kamil fi ma’rifatil Awakhir wal awail dan Ibn Arabi dalam kitab Futuhat al Makiyah.
Konsep ilmu laduni berasal dari kalimat ”min ladunna iman” artinya ilmu yang diberasal dari sisi Kami (Allah), yang tercantum dalam QS Al Kahfi : 65.
Silakan dilihat juga QS Al Kahfi 66-82.
Dari kisah tadi bisa disimpulkan bahwa ilmu Ladunni adalah ilmu mukasyafah artinya mampu melihat dengan pandangan bathinnya yang berasal dari ilham maupun dari wahyu.
Hanya perlu diperhatikan bahwa ilmu mukasyafah ini banyak bertentangan dengan ilmu syariat sehingga tidak bisa dijadikan landasan hukum agama. Jadi, hanya sebagai panduan diri sendiri saja dan bagi yang mengerti ilmu ini saja, bisa dijadikan panduan asal tidak bertentangan dengan al Quran dan al hadits.
Manfaat ilmu mukasyafah adalah untuk menjaga dan mempersiapkan sedini mungkin kemungkinan yang akan terjadi terhadap kita maupun lingkungan sehingga kita dapat mengantisipasi sedini mungkin. Ittaquu firasatal mukmin – percayalah kepada firasatnya orang mukmin.
Contoh Sahabat yang memiliki  ilmu mukasyafah adalah Umar bin Khotob. Ibn Katsir menafsirkan kata muhadatsun pada satu hadits, kata mulhamun yang berarti ilham yang disusupkan ke dalam jiwanya, lalu dengan sesuatu tersebut ia mengabarkan dugaan dan firasat. Dan mulhamun tersebut diberikan kepada orang-orang yang khusus.
Tentang ilmu laduni ini biasanya dibahas dalam kajian tasawuf.  Insya Allah di posting lain.
Salam,